Sunday, May 10, 2009

Cooking Peach Cobbler with L.O.V.E (~_^)v

Bismillahwalhamdulillah..

Sempena menyambut seruan mak supaya belajar memasak..Hasilnya…

Terimalah....hasil selepas beberapa hari duk umah belaja masak..dengan rasa kurang garamnya.....

~Peach Cobbler Besi~

Resepi ni cilok dari buku 5 tahun 5 bulan karya Hlovate..(Orang xde keje..huhu)

Bahan2nya adalah seperti berikut:

secawan tepung gandum (emm..skeati)
secawan gula halus (em..skeati)
satu setengah sudu kecil soda bikarb0nat (letak 2 sudu pun takpe)
275g mentega (rasa cam banyak je...250g jela)-mmg banyak pun..bergenang je minyak..sedey
secawan susu segar (susu sejat bley..nak guna air yogurt bliss pun bleyy)
setin buah peach (kalu rase tak cukup tibaila 3 tin pun kan)
sesudu kecil serbuk kayu manis (rase cam tak penting je..)
tigasudu gula besar (manis sangat..sesudu da)

1. cairkan mentega didalam oven dengan suhu 190 drjh selsius. gunakan bekas kaserol 13x9x2cm.
2. adun tepung, gula, sodabikarbonat, didalam bekas berasingan
3. masukkan susu segar pada adunan kering dan gaul sebati hingga tidak berketul2.

cara1:
-tuangkan adunan ke dalam bekas kaserol berisi mentega cair
-siramkan jus peach ke atas adunan
-susun peach diatas adunan
-taburkan serbuk kayu manis dan gula

cara2:
-susunkan peach di atas mentega cair didalam bekas kaserol
-tuangkan adunan keatas peach

4. bakar didalam oven pada suhu 175-190 drjh selsius selama 45minit-sejam atau hingga menjadi perang keemasan.


SELAMAT MENCUBA!!



p/s: kalau ganti peach tu ngan pisang nnti jadila banana cobbler,kalau strawbery jadila strawbry cobbler,kalau limau barli jdla barley cobbler,kalau kobis nnti jdla cabbage cobbler..dan begitulah sebaliknya...

=================================================================================================

Ok, selepas masak, mari kita buat muhasabah sikit tentang masakan ni.. Macam biasa, siapa kata memasak pun tak boleh dapat pahala?? (angkat kening double jerk)

Memasak bagi sebagian orang adalah suatu yang mengasyikkan. Bahkan boleh dijadikan hobi. Namun bagi sebagian yang lain, memasak adalah sesuatu yang sulit dan rumit untuk dilakukan. Bergelumang dengan segala bagai rempah ratus di dapur yang sangat banyak dan membingungkan menjadi hal yang berat bagi orang yang tidak suka memasak.


Sebagai seorang muslimah, mau tidak mau kita harus bisa memasak. Minimal masakan tradisional untuk makan kita sehari-hari. Sudah cukup ketika kita masih kuliah atau aktif di kampus, kita tidak memperdulikan masalah-masalah seperti ini. Mungkin dianggap remeh. Namun saat menjadi seorang isteri, memasak dan mempelajarinya menjadi keperluan bagi muslimah setelah berumah tangga, apalagi jika tidak menggunakan khidmat ‘bibik’.


Ada beberapa hal yang harus diingat berkaitan dengan memasak:


Pertama: bahwa memasak memerlukan kecerdasan, pengetahuan yang luas, dan ingatan yang kuat. Kerana memasak tentu tidak asal mencampurkan semua bahan ke dalm periuk. Atau tidak sembarang menumis. Kita juga perlu belajar bagaimana menggambarkan rasa. Jika daging dimasak bersama lada hitam dan garam apakah rasa yang dihasilkan, perasa dan perencah apa saja yang sesuai untuk memasak daging.

Ibu kita mungkin pernah mengajarkan kita memasak, dan mengatakan bahwa ada ‘resepi basic’ dalam memasak. ‘Resepi basic’ inilah yang harus kita kuasai dan pahami karena akan menjadi dasar untuk memasak masakan apa saja. Maka dengan demikian kita memasak tidak akan tergantung pada buku masakan.


Kedua: memasak akan menjadi suatu kewajiban bagi seorang isteri jika suami mengidam nak makan sesuatu. Memang ada sebagian laki-laki yang tidak berapa kisah dengan kemampuan istrinya dalam hal memasak, namun ingat ada juga suami-suami yang menuntut agar isterinya pandai memasak.


Ketiga: memasak memerlukan kondisi fizikal yang kuat. Karena kita tidak dapat memasak dengan baik jika kita lemah. Lihatlah chef yang ada di restoran hotel, atau tukang masak di kafe-kafe atau kedai-kedai makan,biasanya mereka adalah laki-laki. Karena memasak ternyata meletihkan.


Keempat:memasak memerlukan kekuatan mental dan ruhiyah yang stabil. Tentu hal ini bukan diada-adakan. Memasak itu tidak mungkin dengan hati yang “bergelodak”, atau sedang marah. Atau bahkan memasak sambil menangis, atau bahkan sedang tertawa terbahak-bahak. Rasa masakan akan terasa hambar, terlalu masin, atau ‘tak lepas’ jika kita memasak dengan hati yang gundah (tidak ikhlas) sebab hati yang “kotor” akan menyebabkan kita sulit untuk menggambarkan rasa masakan kita. Memasak memerlukan ketenangan hati dan keriangan. Dan hal itu didapat ketika kondisi iman kita sedang baik, karena memasak memerlukan kesabaran dan keikhlasan untuk mendapatkan hasil yang maksimum.

Apalah erti masakan yang nikmat dan lazat, bila kita memasak dengan hati terpaksa dan tertekan, yang menyantap makanan kita pun akan merasa tidak nyaman dan masakan kita tidak dapat dinikmati dengan sepenuh hati.

Jadi ibu – ibu dan muslimah-muslimah semua,harus cooking with love. !, memasak dengan cinta, supaya orang rumah kita makin sayang kita saat menyantap masakan kita, karena masakan kita akan menjadi “suapan gizi cinta” bagi seisi rumah jika kita memasaknya dengan rasa cinta yang tulus dan ikhlas untuk memperoleh keridhaan Allah….


by: Besi the Heartless


Rujukan:

1. http://embuntarbiyah.wordpress.com/2007/07/06/cooking-with-love/

2. 5 Tahun 5 Bulan; Hlovate



1 comment:

Humayra' said...

amboi...
bukan main lg ye kakak sorang ni memasak..
tpi best la cara akk bg tarbawi masak ni.. Jazakillah!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...